Mentari terik pagi
Wajahku panas dan memerah
Melirik jam dinding tak berkesudahan
Namun penantian panjang
Jatuh dan berderai mimpi dalam asa
Merangkul kecewa dan lara
Adakah langkahmu melaju?
Begitu hampa aku hidup dengan setengah hati
Belahan jiwa tak tau siapa yang merampas
Ku ingin Agamaku tak lagi ganjil
Aku kini enggan menjadi imam
Ingin bershaff di belakangmu,
Mengayuh kapal persiar mahligai kita
Menjadi kenek angkutan cinta kita
Bersupirkan
Berlabuh pada jalan cintaNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar