Laman

jumlah Pengunjung

Jumat, 18 Mei 2012

Aisyah binti Abu Bakar Wanita Luar Biasa


Aisyah binti Aisyah binti Abu Bakar Wanita Luar Biasa


Tak heranlah jika Aisyah selalu dibakar rasa cemburu. Ketika dinikah Rasulullah, ia baru saja beranjak remaja. Sembilan tahun kala itu usianya. Putri Abu Bakar ini, meski seorang yang pencem-buru, tapi ia adalah wanita yang cerdas dan periang.

Karena kecerdasannya itulah, ribuan hadits Rasulullah mampu dihimpunnya. Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah, ternyata tak membuat heboh penduduk Makkah. Kekariban Rasulullah dan Abu Bakar melebihi pertalian saudara sedarah. Tapi sebaliknya, untuk orang-orang munafik, peristiwa ini dikipasi agar besar dan menjatuhkan nama Rosulullah. Segala fitnah dilancarkan, mulai dari umur Aisyah yang belum dewasa sampai Muth’im bin Adiy yang lebih dulu melamar Aisyah.
Tapi takdir Allah berkata lain. Jadilah Aisyah istri Rasulullah.
Sebagai istri, meski masih muda, Aisyah telah membuktikan ketabahan kesabarannya. Ketabahan itu dibuktikan saat Rosulullah dan Abu Bakar pergi berhijrah. Rasulullah, tak tega membawa istrinya yang masih belia, karena perjalanan yang akan ditempuh bukanlah perjalanan mudah. Bahaya dan musuh selalu mengintai. Keselamatan Rasulullah sendiri masih dipertaruhkan.
Dengan hati cemas dan berdebar, Aisyah selalu mengumpulkan berita tentang perjalanan hijrah Rasulullah dan ayahnya. Lewat saudara-saudaranya ia mendengar bahwa Rasulullah telah meninggal-kan kota Makkah dengan selamat. Kabar itu melegakan hatinya, meski hanya sementara.

Pada hari ketiga sejak keberangkatan Rasulullah, ia menanti-nanti kedatangan Asma, Kakak perempuannya. Dari Asma lah diharap-kan kabar suami tercinta dan Ayahanda didengarnya. Tapi Asma tak juga kunjung tiba, dan Aisyah kian gelisah.
Setelah lama menunggu, akhirnya Asma terlihat juga. Dengan langkah gontai, ia menghampiri Aisyah. Istri Rasulullah ini langsung memeluk Asma yang ikat pinggangnya koyak. Kemudian Asma menceritakan, kisah perjalanan Rasulullah dan Abu Bakar. Ikat pinggangnya koyak, karena digunakan untuk mengikat bekal di punggung unta.

Tak lama setelah peristiwa hijrah Rasulullah, Aisyah menyusul berangkat ke Madinah. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi menjemput Aisyah. Perjalanan yang berbahaya itu ditempuh Aisyah dengan riang gembira. Maklum, karena itu adalah jarak paling jauh yang pernah ia tempuh.
Ia membayangkan, betapa menyenangkan hidup dan tinggal di kota baru dengan masyarakat yang baru pula. Saat asyik-asyiknya ia menikmati rasa hatinya, tiba-tiba rombongan itu dikecutkan oleh unta Aisyah yang tiba-tiba lari melesat. Tapi Alhamdulillah, Aisyah selamat tak kurang apa, meski banyak membuat orang cemas dan gelisah.
Aisyah adalah satu-satunya istri Rasulullah yang dinikahi dalam keadaan gadis. Selebihnya adalah janda. Dalam beberapa kitab dituliskan, Aisyah adalah seorang wanita yang manis. Berambut ikal mayang, berwajah cerah dan berkulit putih kemerah-merahan.
Ada kisah menarik saat pertama kali perjumpannya dengan Rasulullah. Asiyah menuturkan, “Pada suatu hari, saat aku bermain ayunan, ibuku datang mendekat. Diturunkannya aku, mukaku diber-sihkan dan rambutku diikat. Kemudian aku digandeng sampai ke pintu. Ibuku mengajakku masuk ke dalam ruangan, di sana kulihat Rasulullah dan mendudukkan aku dalam ruangan itu. Ketika itu aku masih seorang gadis remaja. Tak lama setelah itu masuklah seorang pembantu membawa sebuah wadah berisi susu. Rasulullah meminumnya lebih dulu, lalu sisanya diberikan kepadaku. Kuterima wadah itu dengan perasaan malu, dan kuminum susu itu.”
Aisyah, meski seorang gadis, Allah tak mentakdirkan Rasulullah memperoleh keturunan darinya. Justru dari istri pertama, Khadijah, Rasulullah mendapat keturunannya. Zainab, Ummi Kultsum, Ruqayyah dan Fatimah adalah putri-putri dari Khadijah. Sedangkan putranya adalah Qosim dan Abdullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar