Laman

jumlah Pengunjung

Selasa, 12 Maret 2013

Sepotong Episode : Rumah Pohon



Beberapa bulan yang lalu saya baru selesai menjalani kegiatan wajib yang harus dilewati oleh mahasiswa UIN Suska Riau berupa pengabdian terhadap masyarakat. Pada intinya sebagai seorang mahasiswa kelak akan memasuki dunia nyata yang menuntut banyak peran dan kontribusi kita dalam masyarakat. Mungkin 2 bulan bukanlah waktu yang sia-sia untuk memetik pelajaran dari kegiatan bernama KKN ini. Kuliah Kerja Nyata. Emang saat itu semuanya memang terasa nyata. Berbeda dan berhikmah. Berbeda karena emang berbeda dari kehidupan kita sebelumnya dan berhikmah karena banyak pelajaran yang dapat kita petik dari cerita-ceritanya. Sebelumnya, kita terbiasa tinggal bersama keluarga sedarah, sekarang menjalani hari-hari bersama keluarga baru yang sebelumnya tak kita kenal, kalaupun kenal tidak pernah tinggal bersama. Ehmm.. Pada potongan kisah KKN kali ini saya ingin bercerita tentang RUMAH POHON.


Pasti kita semua tau apa itu rumah pohon? Tapi belum tentu kita semua pernah menaiki rumah pohon tersebut. Karena sahabat saya yang satu kelompok KKN dengan saya yaitu Tri Wulandari, hingga penghujung masa KKN ia gak bisa menikmati angin syahdu rumah pohon tersebut. Sepertinya sahabat saya bernama Nur Aini pun belum pernah saya melihatnya menaiki rumah pohon, rugi loh. Bagi saya rumah pohon adalah rumah inspirasi. Rumah yang biasa saya singgahi kala hati merindukan sosok bidadari hidupku. Kala hati rindu pada Mama dan keluarga di Pekanbaru. Rindu istana cinta yang juga tak kala menginspirasinya. Atau saat ingin merangkai kata nan syahdu, biasanya saya langsung menaiki rumah pohon di depan posko KKN. Biasanya sih saya menikmati suasana syahdu rumah pohon itu bersama Umi atau Mbak Yani tapi seringnya sih sendiri.

Kalau kata Wulan sih, saya lebih sering naik rumah pohon kalau lagi merajuk. Yah, begitulah. Saat merasa kesal, sebel, beriba hati karena ucapan, sikap atau keputusan dari teman-teman lainnya terkadang membuat hati menangis dan membutuhkan suatu hal yang dapat menenangkan hati. Saat saya menaiki rumah pohon itu, akan terasa kesejukan tersendiri di hati. Contohnya aja saat saya kesal dengan si Kordes, Ilham Taufiq Saragih, ya iyalah saya sebel sama dia, bayangkan aja, dia nyuruh saya buat menyelasikan sebuah surat dengan dateline yang sangat mendesak, saya berusaha mengoptimalkan segala daya upaya saya agar dapat menyelesaikannya secepat mungkin, eh malah dia pergi meninggalkan posko begitu saja tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu. Padahal saya berusaha mati-matian untuk menyelesaikannya. Biasa sih sebenarnya masalahnya, hanya saja mungkin saat itu mood saya lagi tidak baik saat ini membuat saya keselnya melangit. Hhehehe…

Hmm.. Angin di atas rumah pohon itu sejuk banget, sepoi-sepoi, bisa-bisa kalau gak kuat-kuat menahan diri bisa sampai tertidur. Selain cocok untuk tempat mencari inspirasi dan menenangkan diri kala sebel, rumah pohon juga cocok sebagai tempat yang menyenangkan saat membaca novel kesayangan. Akan terasa lebih menghayati jalan cerita dalam novel “Rembulan Tenggelam di Wajahmu” karyanya om Tere Liye. Saya merasa lebih mengikuti alur cerita tersebut saat berada di atas rumah pohon. Suatu hari nanti, saya sangat ingin kembali menaiki rumah pohon itu. Dan cita-cita saya suatu hari nanti akan minta seseorang untuk membuatkan rumah pohon terindah.

1 komentar:

  1. Nnti minta saidan yang buatkan ya cil.. Jangan aq ya.. Aq ndak bisa soalnya.. ��

    BalasHapus